Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki hubungan erat dengan laut sejak dahulu kala. Sebagai bangsa yang terdiri dari lebih dari 17.000 pulau, dengan wilayah laut yang jauh lebih luas dibandingkan daratan, Indonesia telah dikenal sebagai negara maritim. Status ini didasarkan pada letak geografis, sejarah panjang perdagangan maritim, kekayaan sumber daya alam laut, serta peran strategisnya dalam jalur perdagangan internasional. Untuk memperingati peran penting laut dalam kehidupan bangsa, setiap tanggal 23 September diperingati sebagai Hari Maritim Nasional. Sejarah penetapan hari ini tak terlepas dari perjalanan bangsa dalam mengelola kekayaan lautnya serta memperkuat sektor maritim di berbagai aspek kehidupan.
Indonesia sering disebut sebagai negara maritim karena karakteristik geografisnya. Wilayah laut Indonesia mencakup sekitar 3,25 juta kilometer persegi, hampir dua kali lipat luas daratannya yang sekitar 1,9 juta kilometer persegi. Laut ini bukan hanya memisahkan pulau-pulau, tetapi juga menyatukannya, menjadi jalur transportasi utama, sumber penghidupan, dan pusat ekonomi bagi masyarakat pesisir. Dengan kekayaan sumber daya alam laut, termasuk perikanan, terumbu karang, dan energi terbarukan, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi kekuatan maritim global.
Kekayaan ini menjadi landasan penting bagi penetapan kebijakan maritim di masa modern, yang ditekankan dalam berbagai konferensi dan kebijakan nasional, termasuk melalui Konferensi Maritim Nasional pertama pada 23 September 1963. Konferensi ini menjadi momentum penting dalam sejarah kelautan Indonesia, yang kemudian diabadikan dengan penetapan Hari Maritim Nasional.
Sejarah Hari Maritim Nasional berawal dari kesadaran pemerintah Indonesia setelah kemerdekaan, bahwa laut memiliki peran sentral dalam pembangunan nasional. Pada tahun 1963, pemerintah mengadakan Konferensi Maritim Nasional yang pertama, di mana isu-isu penting terkait pengelolaan laut dan pembangunan sektor maritim dibahas. Konferensi ini menjadi titik awal bagi pemerintah untuk merumuskan kebijakan kelautan yang terintegrasi, mencakup sektor perikanan, transportasi laut, keamanan maritim, dan eksplorasi sumber daya alam bawah laut.
Pada tahun 1964, pemerintah menetapkan tanggal 23 September sebagai Hari Maritim Nasional untuk memperingati konferensi tersebut. Tujuannya adalah untuk mengingatkan masyarakat akan pentingnya laut dalam mendukung ekonomi, budaya, dan pertahanan negara. Sejak saat itu, Hari Maritim Nasional menjadi simbol dari komitmen Indonesia dalam membangun dan mengelola sektor maritim.
Budaya maritim sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu. Dari masa kerajaan Sriwijaya dan Majapahit, Indonesia telah dikenal sebagai pusat perdagangan maritim di kawasan Asia Tenggara. Laut menjadi jalur utama perdagangan, mempertemukan Indonesia dengan bangsa-bangsa dari India, Tiongkok, dan Arab. Hingga kini, kebudayaan di banyak wilayah Indonesia masih sangat terkait dengan laut, seperti upacara adat dan mitologi yang menggambarkan laut sebagai sumber kehidupan dan kekuatan spiritual.
Sejarah dan budaya maritim ini kemudian diangkat kembali dalam konferensi maritim dan menjadi salah satu dasar kuat bagi pemerintah untuk menetapkan Hari Maritim Nasional. Laut tidak hanya dilihat dari segi ekonominya, tetapi juga sebagai bagian penting dari identitas dan jati diri bangsa.
Sebagai negara kepulauan, transportasi laut memainkan peran yang sangat penting dalam menghubungkan pulau-pulau di seluruh Indonesia. Jalur laut juga menjadi tulang punggung dalam distribusi barang dan jasa, baik di tingkat domestik maupun internasional. Dalam konteks global, Indonesia berada di jalur pelayaran internasional yang strategis, yang menghubungkan Samudera Hindia dan Pasifik. Peran ini semakin ditekankan dengan pembangunan infrastruktur maritim dan pelabuhan yang menjadi fokus dalam visi Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia.
Dengan pengakuan akan peran penting transportasi laut ini, Hari Maritim Nasional juga menjadi peringatan tentang pentingnya menjaga keamanan dan kestabilan jalur perdagangan laut. Indonesia harus memastikan bahwa wilayah lautnya aman dari ancaman seperti pembajakan, pencurian ikan, hingga potensi konflik perbatasan.
Pada masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo, sektor maritim mendapatkan perhatian lebih besar dengan dicanangkannya visi Poros Maritim Dunia. Ini adalah komitmen besar untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat kekuatan maritim global, baik dari segi ekonomi, keamanan, maupun lingkungan. Visi ini juga melibatkan pengembangan pelabuhan internasional, armada pelayaran yang kuat, serta pengelolaan sumber daya laut yang berkelanjutan.
Visi ini mencerminkan semangat yang sama yang diusung dalam Konferensi Maritim Nasional pertama pada tahun 1963, di mana sektor maritim menjadi salah satu prioritas utama pembangunan nasional. Visi Poros Maritim Dunia juga sejalan dengan tujuan dari peringatan Hari Maritim Nasional, yakni untuk memperkuat peran Indonesia di lautan dunia dan memanfaatkan potensi laut sebagai kekuatan perekonomian nasional.
Peringatan Hari Maritim Nasional setiap tanggal 23 September tidak hanya mengenang sejarah penting Indonesia dalam mengelola sektor maritim, tetapi juga menegaskan kembali peran laut sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan bangsa. Indonesia disebut sebagai negara maritim karena letak geografisnya yang didominasi lautan, sejarah maritimnya yang panjang, dan potensinya dalam perdagangan serta sumber daya alam laut. Sejarah penetapan Hari Maritim Nasional pada tahun 1964 menjadi tonggak penting dalam perjalanan bangsa untuk menjadi kekuatan maritim dunia, dengan visi Poros Maritim Dunia sebagai langkah lanjutannya.