• info@pesisirselatan.go.id
  • Hours: Mon-Fri: 8am – 4pm
Kisah Petani Sayur Di Batu Hampar Selatan Menumpang dilahan Orang Tanam Aneka Sayuran Hidupi Keluarga  

11 September 2019

559 kali dibaca

Kisah Petani Sayur Di Batu Hampar Selatan Menumpang dilahan Orang Tanam Aneka Sayuran Hidupi Keluarga  

Pesisir Selatan --Beranekaragam macam sayuran seperti tanaman kacang ,kangkung, Terung,Ubi kayu,jagung ,kacang panjang  tumbuh subur . Dari tanaman ini setiap harinya lelaki ini bisa meraup penghasilan hingga Rp100 ribu per harinya . 

Hari baru menunjukan pukul 06.00 wib, tetapi Maisondri 47 warga Kampung Sawah Koto (Sako) Kenagarian Batu Hampar Selatan Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan telah terlihat di dalam ladangnya. Dengan cangkul ditangan dia giat mencangkul tanah sambil membersihkan rumput rumput yang tumbuh disela sela tanaman sayurannya. 

Setelah tanah dicangkulnya satu demi satu bibit sayur dimasukannya dalam tanah sambil dia berdoa semoga setiap satu biji bibit yang disemai mendatangkan manfaat dan penghasilan yang bisa menghidupi anak-anak dan istrinya . 

Sebenarnya Maisondri bukan warga Asli Kampung Sako Kenagarian Batu Hampar Selatan, namun dia adalah warga Gurun Panjang Bayang namun karena nasib membawanya kedaerah ini dan menumpang di lahan orang untuk menanam sayuran sayuran 

Ayah dua orang anak ini Rabu (11/9) menceritakan kesehariannya menjadi petani sayuran. Dia bersama istrinya Elfi Susanti diamanatkan untuk menjaga sebuah lahan milik seorang warga di Kenagarian Batu Hampar Selatan. Dilahan  itu berdiri sebuah rumah tanpa penerangan listrik dia tinggal bersama anak dan istinya . Dilahan tersebut dia diperbolehkan menanami aneka sayuran sebagai mata pencariannya untuk mendapatkan penghasilan memenuhi kebutuhan sehari harinya. 

Dahulunya Maisondri telah banyak menekuni aneka pekerjaan dari jadi pekerja pabrik,buruh tani dan telah merantau hingga ke Pakan Baru, namun penghasilannya yang didapatinya tidak juga berlebih. Maka dia memutuskan kembali menjadi petani yang hasilnya bisa dinikmatinya langsung oleh keluargannya. 

"Dengan bertani aneka sayuran ini kita bisa langsung mendapatkan penghasilan,hanya sekitar sebulan lebih saja  kita telah bisa panen sayur  dan bisa langsung dijual ke pasar," ujarnya 

Hasil panen sayurannya langsung dijual oleh istrinya ke pasar Pagi didaerahnya itu. Setiap harinya  istrinya bisa meraup penghasilan hingga Rp 100 ribu - Rp 150 ribu tergantung banyaknya sayuran  yang dibawanya dan harga sayuran dipasaran. 

"Jika sayuran melimpah di pasar ,kita hanya akan mendapatkan penghasilan sedikit tapi semua itu harus disyukuri agar semua penghasilan kita itu menjadi rezeki yang berkah," ujarnya 

Dalam bercocok tanam ,Maisondri belajar dari pengalaman hidupnya yang juga terlahir sebagai anak petani. Dia sering menolong ayahnya bertanam diladangnya ditambah dengan bertanya kepada orang lain yang telebih dahulu telah sukses bercocok tanam. Dan ilmu yang dimilikinya tersebut juga dibagikannya kepada orang lain yang ingin bertanya kepadanya . 

Selain menanam sayuran dia juga memelihara ayam,itik dan mengembalakan  kambing,sapi milik orang. Dia termasuk petani yang gigih dan tekun tidak menyerah pada keadaannya keluargannya yang miskin. Sebab dia memiliki keyakinan jika mau berusaha maka akan ada hasil yang diberikan pencipta kepada umatnya . 

Karena kecintaannya menjadi petani sayur, Maisondri tidak mau lagi menjadi buruh tani dan bekerja disawah orang. Sebab penghasilannya sebagai petani sayur lebih besar daripada menjadi buruh tani. yang harus bekerja dari pagi hingga sore dan mendapatkan penghasilan tetapi setelah kerjaan tidak adalagi maka mengangur. "Lebih baik menjadi petani sayur,setiap hari di ladang dan bisa memanen dalam waktu tidak lama dan bisa langsung mendapatkan penghasilan ," ujarnya 

Namun setiap usahanya menghidupi keluarganya dengan menjadi petani terkadang tidak berjalan dengan baik, banyak juga kendala yang ditemuinya seperti gagal panen, hama, banjir menjadi hambatan utamanya dalam bertani. Maka dengan hambatan itu dia mengalami kerugian dan tidak mendapatkan penghasilan. 

Maka mau tak mau dia harus berutang kepada orang untuk memenuhi kebutuhan keluargannya  dan akan digantinya kembali ketika hasil tanamannya kemudian atau ketika hewan sapi atau kambing telah dijual pemiliknya dan dia mendapatkan pembagian hasil daru upahnya mengembalakanya.

Kemiskinan dan keterbatasan modal memang menjadi kendala utama petani untuk bisa maju. sama seperti dengan Maisondri. dia  memiliki keinginan dan harapan besar untuk bisa membahagiakan keluargannya. dia ingin sekali memiliki lahan sendiri atau menyewa lahan warga .

Namun upaya itu agaknya sulit dipenuhinya. Penghasilan yang dimilikinya tidak mencukupi hanya cukup makan dan biaya pendidikan anak anaknya saja. Sehingga untuk menabung membeli lahan atau menyewa lain sulit sekali.

"Jika saya punya modal cukup akan memcoba menyewa lahan masyarakat dan menanami tanaman jeruk. Sebab lahan didaerah ini sangat potensi untuk ditanami jeruk. Namun modalnya tentu tidak sedikit . kalau ingin meminjam ke bank tentu harus punya  jaminan," ujarnya 

Tapi lelaki ini tidak menyerah pada nasib. Dia akan terus berkerja menanam bibit sayur hingga tumbuh dan berbuah sehingga bisa segera dipetik dan dijual oleh istrinya setiap harinya dan ditukarkannya dengan beras,ikan dan kebutuhan kebutuhan lainnya."Semoga dimasa mendatang akan ada rezeki lebih sehinggak bisa memiliki lahan sendiri dan membangun rumah sendiri bagi keluarga," harapnya (07)