• info@pesisirselatan.go.id
  • Hours: Mon-Fri: 8am – 4pm
Langgai, Tetamu Dari Sinchuan

02 Oktober 2024

237 kali dibaca

Langgai, Tetamu Dari Sinchuan

Langgai dan Tetamu dari Sichuan

Langit terlihat cerah. Saat Pjs Bupati Pesisir Selatan, Dr. Era Sukma Munaf tiba di Langgai. Bersamanya ikut rombongan besar, baik dari OPD Kabupaten diantaranya, Kalaksa BPBD, Yuskardi, Kepala PUPR Yusfianti, ikut juga Kepala DPMDPPKB, Salman AB, serta Kepala Diskominfo, Wendi, (penulis) Kepala Bapedalitbang yang diwakili Andi Asmara dan tentu saja hadir Asisten Pembangunan dan Perekonomian, Mimi R Zainul serta Forkopimca Sutera, Camat Dailipal dan Kapolsek serta Koramil atau yang mewakili.

Sementara itu dari OPD Provinsi hadir Kalaksa BPBD Rudy Rinaldi dan rombongan serta perwakilan Bappeda dan Balai Jalan dan Jembatan Kementerian PU.

Yang menarik, terlihat dua sosok yang mencolok, yakni Mr. Wang dan seorang kru dari Provinsi Sichuan, negara China.

Mentari senja mulai condong, tapi teriknya masih terasa. Mr Wang dibantu penterjemah menjelaskan teknologi baru yang dirancangnya, terkait early warning system yang mampu mendeteksi multi bencana.

Sebagai daerah bencana dan memiliki potensi multi bencana, agaknya tawaran dari Institue of care life, lembaga yang mewadahi Mr Wang patut menjadi pertimbangan bagi daerah manapun di Tanah Air  yang memiliki ragam potensi bencana alam.

Terpilihnya Kabupaten Pesisir Selatan dan Tanah Datar di Indonesia sebagai pilot project tentu patut disyukuri, mengingat pilihan itu pertanda berkah diantara begitu banyaknya daerah yang punya kondisi resiko bencana.

Seperti yang disampaikan oleh Rudy Rinaldi Kalaksa BPBD Sumbar, bahwa potensi gempa besar mengancam wilayah Sumatera Barat, karena disepanjang pantai Sumatera, telah terjadi sejumlah gempa, besar dan kecil, namun untuk wilayah Sumatera Barat, jumlah gempanya masih sangat sedikit sesuai data dan catatan kegempaan yang dirilis.

Persoalan mitigasi dan penanganan bencana tidak saja gempa dan stunami, tetapi banjir, galodo dan letusan gunung berapi perlu menjadi perhatian konprehensif. 

Jika selama ini ada EWS yang hanya bisa mendeteksi pasca bencana, maka teknologi yang dikembangkan oleh ICL dari Sichuan tersebut justru mampu mendeteksi prabencana, mesti baru beberapa detik. Namun, kemungkinan pengembangan teknologinya durasi waktu akan terus dikoreksi.

Lalu mengapa harus Langgai. Pertanyaan yang muncul saat diskusi yang dipandu Bupati Erasukma. Karena Langgai atau Gantiang Mudiak Utara merupakan nagari yang paling parah terkena dampak banjir dan longsor. Bahkan, menimbulkan korban jiwa, harta dan benda serta fasilitas publik yang pernah lumpuh total.

Tentu saja cukup alasan mengapa kemudian BPBD Provinsi Sumatera Barat memilih Pesisir Selatan sebagai lokus EWS (sirine dan detektor).

Kabupaten Pesisir Selatan dikenal sebagai mini market bencana, saking komplitnya disini ragam bencana  ada, mulai dari gempa, stunami, longsor, banjir bandang ataupun bencana alam dan nonalam lainnya.

Berdasarkan analisis ilmiah kegempaan, bahwa disekujur Pesisir Selatan potensi stunami terbuka lebar, mengingat ada megatrusth yang terus diprediksi dengan daya dan potensi yang juga dahsyat.

Pola penyebaran domisili penduduk yang merata disepanjang jalur merah, tentu saja berisiko sangat tinggi menjadi korban bencana.

Agaknya, iktiar pemerintah dan pemangku kepentingan untuk memastikan rakyat punya kesempatan 'berkemas' sebelum bencana terjadi bukan soal menolak takdir, tapi usaha penyelamatan dini,   meminimalisir dampak bencana.

Semoga Mr Wang yang jauh-jauh datang dari Negeri China hendak menjadi guru dengan berbagi teknologi EWS mutakhir, hanya untuk berjaga-jaga, sekali lagi bukan hendak melawan kehendak alam, tetapi meletakan ikhtiar pada tempatnya.

Tetamu dari Sichuan sebuah provinsi yang berpengalaman porakporanda digoyang gempa dengan lebih 200.000 orang tewas pada 2008 silam, agaknya menjadi ICL mengembangkan teknologi tersebut dan membagikannya kepada seluruh dunia, termasuk Indonesia.


Penulis : Wendi Kepala Diskominfo Pesisir Selatan