Pembukaan jalan baru Bayang Utara (Kabupaten Pesisir Selatan) dan Alahan Panjang (Kab. Solok) terus dikebut. Bahkan, pengaspalan dari arah Muaro Aia Bayang Utara, beberapa ruas telah selesai.
Sementara itu dari arah Alahan Panjang menuju Bayang, sampai batas kedua kabupaten juga sudah lama selesai. Bahkan, kondisi jalan beraspal sudah dipenuhi semak belukar dikiri kanan jalan, bahkan belukar merambat dipinggir aspal.
Sementara itu, saat penulis mulai memacu kendaraan dari batas Muaro Aia menuju Alahan Panjang, jalan yang cukup lebar terbentang, dan sudah beraspal hingga jembatan. Ada 2 jembatan yang akan dilewati, lalu, tanjakan dimulai.
Semula sudah diaspal, namun karena cuaca ekstrim, kondisi jalannya rusak dan jalan beraspal dipenuhi material longsor.
Namun, selepas itu, ruas yang baru saja diaspal terlibat mulus. Walau tidak panjang, tetapi cukup membantu hingga ujung aspal, dan siap-siap berjumpa jalan berbatu.
Karena, kemarau hampir 2 minggu, kondisi jalan menanjak, dan berdebu. Perlu ekstra hati-hati agar tidak tergelincir. Baik yang arah ke Alahan Panjang yang menanjak maupun yang menuju Muaro Air jalannya menurun.
Namun, ketika sampai di Bukit Gandun, maka pengendara mesti hati-hati. Tanjakan tajam dengan kemiringan 45-60 derjat terbentang. Tekstur jalan berkerikil, dan tanah khas bukit yang kering berdebu menyapu permukaan jalan.
Penulis mesti hati-hati, karena itu perlu kemahiran khusus untuk bisa meniti punggung bukit tersebut hingga sampai dipuncak tantangan.
Penulis yakin, tak semua pengendara bisa menaklukan tanjakan itu. Kalau, tak sanggup angkat bendera putih. Ada Sutan Mudo yang siap membantu, menaikan atau menuruni jalan Bukit Gandun.
Sutan Mudo, sang pemilik kedai kopi, yang persis berada dipuncak Bukik Gandun. Disamping mahir mengaduk kopi, ia juga mahir mengendarai roda 2 dan roda 4 dijalur ekstrim, bagi yang butuh jasanya.
Ya, Sutan Mudo, dengan suka rela dan ikhlas membantu siapa saja yang terjebak 'cemas' meliwati jalur ekstrim Bukit Gandun.
Penulis suatu ketika, mencoba bersama rombongan dari Alahan Panjang nekat menempuh jalur baru itu. Saat tiba dikedai Kopi Sutan Mudo, senja telah hampir lewat berganti malam, sayup terdengar dari jauh suara azan Kampung Dilan. Saat itu, kendaraan Avanza yang kami tumpangi berempat beringsut menuruni jalan yang licin. Beberapa kali sebelah ban belakang terangkat beberapa senti.
Mendebarkan memang, namun, dalam suasana mencekam, kami akhirnya selamat sampai ke bawah. Walau dengan menahan nafas, dan sesekali berucap takbir, tahmid dan tahlil. (bersambung).