Painan, Maret----
Petani mengeluh, harga komoditas gambir di sejumlah pedagang pengumpul di pasar tradisional Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel) kembali turun. Penurunan drastis, dari harga Rp19 ribu perkilogram, menjadi Rp 11.000 perkilogram. Kondisi itu sudah berlangsung sepekan belakang.
"Apa lagi yang akan kami kerjakan untuk kehidupan ekonomi keluarga kami. Harga gambir turun drastis. Jangankan berlebih, untuk kebutuhan sehari-hari saja sudah tidak lagi mencupuki, ungkap Inaf (45) seorang petani gambir di Batangkapas.
Harga itu sangat mencekik petani gambir di kabupaten ini. Akibatnya ribuan hektar lahan gambir masyarakat terancam menjadi hutan tak berguna. Jika masih dikelola, biaya produksi yang harus dikeluarkan tidak lagi seimbang dengan harga jual getah gambir yang akan didapat dari penjualan hasil produksi.
Menurutnya, sepanjang sejarah dimulainya kebun gambir didaerah ini, baru saat ini mengalami harga komoditi itu mencapai harga terendah seperti yang dirasakan. Jangankan belasan ribu rupiah, harga dua puluh ribu rupiah per kilogram saja sudah dirasakan belum mencukupi untuk biaya produksi.
Dengan kondisi ini ia mengaku enggan menjual gambir hasil produksinya. Namun karena terdesak untuk memenuhi biaya kebutuhan keluarga terpaksa gambir dijual dengan harga rendah.
Hal sama juga dirasakan Eril, petani gambir di Surantih. Meski tidak tahu persis penyebabnya, yang jelas sepekan terakhir di daerah ini pedagang hanya berani membeli seharga Rp11.000 per kilogram. Bahkan, ada pedagang yang berani menawar harga Rp9.000 perkilogram.
Sejak tiga tahun belakang memang sering terjadi penurunan harga, dikurun waktu 2007 hingga 2009 harga gambir relatif menguntungkan, bahkan pernah mencapai Rp29 ribu perkilogram. Kemudian pada akhir 2010 turun menjadi Rp22 ribu. Sejak tahun itu hingga kini harga gambir tidak lagi pernah menggairahkan petani.(04)