Pesisir Selatan--Pondok Pesantren Al Kasyaf Salido Kecamatan IV Jurai, Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel), merupakan salah satu pilihan bagi masyarakat untuk melanjutkan pendidikan agama pada jalur formal di daerah itu.
Pondok pesantren yang berdiri sejak tahun 2000 itu, sekarang memiliki 80 orang santri yang terbagi pada enam rombongan belajar (Rombel).
Kondisi itu dampak dari masih tingginya kecendrungan mayarakat Pessel memilih pondok pesantren luar daerah, ketimbang di dalam daerah sendiri.
Ketua Yayasan Pondok Pesantren Al Kasyaf Salido, KH Yoserizal, melalui sekretaris, Panji Aulia Rahman, mengatakan Selasa (29/10) bahwa pihaknya terus melakukan terobosan-terobosan dalam meningkatkan kualitas para santrinya, agar ponpes tersebut dijadikan sebagai pilihan oleh masyarakat.
"Berbagai terobosan terus kita lakukan terhadap santri dalam meningkatkan kualitas para tamatan. Ini kita lakukan agar Ponpes Al Kasyaf dijadikan sebagai pilihan oleh masyarakat sebagai tempat menimba ilmu," katanya.
Disampaikanya bahwa Ponpes Al Kasyaf Salido sekarang memiliki pendidikan formal tingkat Madrasyah Tsanawiyah (MTs), dan Madrasyah Aliyah (MA).
"Melalui pendidikan formal setingkat MTs dan MA ini, jumlah santrinya sekarang sudah mencapai 80 orang. Rata-rata para santri ini adalah masyarakat lokal," ungkapnya.
Agar para tamatan pesantren juga memiliki daya saing di dunia kerja, sehingga para santri di Ponpes AL Kasyaf Salido tersebut juga dibekali dengan keterampilan menjahit, las listrik, bahkan juga ilmu beternak.
"Ini bertujuan agar para santri yang sudah tamat nanti, juga memiliki daya saing di dunia kerja," ujarnya.
Ditambahan lagi dengan ketersediaan sarana yang memadai, sehingga sebagian santri sudah ada yang diasramakan.
"Dari 80 orang santri, sebanyak 30 orang tinggal di asrama. Mereka itu di bagi pada dua asrama, yakni asrama putra, dan asrama putri," jelas Fajri lagi.
Ditambahkan lagi bahwa para santri melalui pendidikan formalnya di Ponpes Al Kasyaf itu sudah melakukan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) secara mandiri sejak dua tahun lalu.
Hal itu memang karena ketersediaan sarana dan prasarana yang dimiliki. Sebab disamping itu juga memiliki ruang pelatihan menjahit, pelatihan las listrik, laboratoriun, dan pustaka, Ponpes Al Kasyaf juga telah memiliki labor komputer yang lengkap.
"Walau dari segi sarana dan prasarana cukup memadai, namun perhatian pemerintah daerah masih bisa dikatakan kurang. Sebab semua sarana yang ada itu berasal dari bantuan yayasan," ujarnya.
Namun kata Fanji lagi, keterbatasan itu tidaklah membuat para santrinya patah semangat. Sebab berbagai pretasi masih bisa diraih, baik prestasi secara akademisi, maupun melalui kegiatan-kegiatan ekstrakokurikuler.
"Para santri selain tahfidz, pandai membaca kitap kuning, berpidato, dan pengetahuan agama lainya. Juga mampu meraih juara pada lomba silat, drum band. Berbagai prestasi itu akan menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk menjadikan Ponpes Al Kasyaf ini sebagai pilihan nantinya," harap Fanji.
Kepala Bagian (Kabag) Kesejahteraan Setretariat daerah (Sekda) Pesisir Selatan (Pessel), melalui Kasubag Pendidikan Budaya Pariwisata Pemuda dan Olahraga, Hirdamli ketika dihubungi menjelaskan bahwa sebenarnya daerah itu memiliki perhatian yang besar terhadap pondok pesantren
"Pendidikan keagamaan masuk sebagai salah satu visi misi Bupati Pessel, Hendrajoni, dalam meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan masyarakat. Berdasaran hal itu, maka pendidikan keagamaan mendapat perhatian yang cukup serius," katanya.
Karena tujuh pondok pesantren yang ada tidak satu pun yang mengajukan permohonan atau bantuan kepada pemerintah daerah, sehingga pihaknya tidak bisa membantu.
Tujuh pondok pesantren itu diantaranya, Pondok Pesantren Iqra, Al Munawarah, Al Kasyaf, Sabilul Jannah, Nurul Yaqien, Tarbiyah, dan Pondok Pesantren Fathul Ulum.
"Hingga sekarang tidak satupun proposal yang masuk dari tujuh pondok pesantren tersebut. Karena tidak ada, sehingga kita tidak bisa. Sebab bantuan hibah itu hanya bisa dialokasikan apabila ada proposal yang masuk," timpalnya. (05)