• info@pesisirselatan.go.id
  • Hours: Mon-Fri: 8am – 4pm
Akademisi Asal Pesisir Selatan Sarankan Bawaslu dan KPU Lakukan Pendidikan Politik Dua Jalur

11 Desember 2022

138 kali dibaca

Akademisi Asal Pesisir Selatan Sarankan Bawaslu dan KPU Lakukan Pendidikan Politik Dua Jalur

Pesisir Selatan- Akademisi Universitas Negeri Padang (UNP) Reno Fernandes menyarankan Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) di Kabupaten Kota di Sumatera Barat untuk melakukan pendidikan politik dua jalur.

Pendidikan politik dua jalur yang dimaksud yaitu memberikan edukasi politik melalui media sosial dan pada institusi pendidikan. 

Pendidikan politik dua jalur ini merupakan kunci untuk mencerdaskan pemilih khususnya pemilih pemula yang masih menempuh jenjang pendidikan di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA).

"Hari ini, pemilu 2024 itu adalah pemilu yang akan dihuni oleh pemilih muda atau pemilih digital native. Ia lebih banyak berada pada institusi pendidikan bahkan mereka pemilih pemula ini saya prediksi berada di angka 17 hingga 20 persen," jelas Reno Fernandes saat diwawancarai suarapessel.com usai menjadi narasumber dalam kegiatan sosialiasi pengawasan pemilu partisipatif yang digelar Bawaslu Pesisir Selatan, Sabtu (10/12) di Saga Murni Hotel.

Lebih lanjut Reno mengatakan bahwa KPU dan Bawaslu diminta untuk lebih masif melakukan pendidikan politik dua jalur. 

Pertama, pendidikan politik di media sosial. Menurutnya, media sosial cendrung digunakan pemilih pemula dalam melihat berbagai informasi dan hiburan. Misalnya Facebook, Instagram, WhatsApp, Twiter, Youtube dan Tiktok.

Justru itu, Bawaslu dan KPU juga perlu memanfaatkan seluruh platform media sosial tersebut dalam rangka memaksimalkan pendidikan politik. 

Kata pria kelahiran Salido, Pesisir Selatan ini, pemanfaatan media sosial oleh pihak penyelenggara pemilu bukan informasi seperti laporan pertanggunjawaban sebuah kegiatan.

Tapi jauh lebih penting adalah memberikan informasi tahapan pemilu yang diurai dengan jelas dan memberikan pendidikan politik.

Kedua, KPU dan Bawaslu pinta Reno hendaknya memberikan pendidikan politik pada institusi pendidikan. Pada institusi ini, pemilih pemula diharapkan akan mendapatkan edukasi yang baik soal politik.

"Sejauh ini pendidikan politik yang dilakukan Bawaslu dan KPU di institusi pendidikan itu belum efektif. Saya melihat sudah ada upaya, misalnya menjadi pembina upacara, pendampingan terkait tata cara pemilihan OSIS secara demokratis, tapi itu belum efektif," katanya.

Untuk itu, ia menyarankan penyelenggara pemilu dalam memberikan pendidikan politik untuk pemilih pemula harus merubah pola. 

Pendidikan politik yang harus dilakukan KPU dan Bawaslu kata dia bukan langsung ke peserta didik.

Tapi, KPU dan Bawaslu mengutamakan pendidikan politik kepada para guru. Sebab guru yang memiliki banyak waktu untuk melakukan proses belajar dan mengajar di ruang kelas. 

"Dan pada akhirnya guru yang lebih punya waktu dan ruang untuk melakukan pembelajaran memberikan pendidikan politik dengan mengintegrasikan mata pelajaran dan materi ajar yang sudah disiapkan," jelasnya.

Dalam proses belajar dan mengajar diharapkan guru mampu menghadirkan fakta-fakta atau fenomena politik di dalam kelas. Integrasi pendidikan politik dengan mata pelajaran itu tentunya menjadi upaya kuat yang harus dilakukan berkelanjutan untuk menciptakan pemilih yang cerdas dan terwujudnya pemilu yang berkualitas. 

Pemilih Pesisir Selatan Berdasarkan Generasi 

Akademisi Universitas Negeri Padang, Reno Fernandes menyebutkan pemilih di Pesisir Selatan untuk pemilu 2024 mendatang didominasi oleh kalangan generasi Y dan Z. Dia mengatakan jika pemilih Pesisir Selatan dihitung berdasarkan klasifikasi itu , maka persentase pemilihnya berada di angka 54 persen.

Data itu dihitungnya berdasarkan Data Pemilih Berkelanjutan (DPB) yang bersumber dari KPU Pesisir Selatan pada 2022.

Dikutip dari katadata.co.id, Generasi Y adalah generasi yang lahir dari rentang tahun 1981-1994. Generasi ini sering dikenal juga sebagai generasi milenial. 

Salah satu ciri generasi Y yaitu sering berkomunikasi menggunakan media dan teknologi digital. Hal tersebut dikarenakan generasi Y tumbuh dan saat teknologi mulai maju.

Sedangkan Generasi Z adalah generasi  yang lahir dari rentang tahun 1995-2010. Kelompok ini termasuk generasi up to date terhadap isu yang tersebar di media masa atau internet

Generasi ini juga terhubung secara global dan berjejaring di dunia virtual. Meskipun terkenal open minded, namun generasi ini juga dketahui mempunyai karakter yang kurang baik, seperti lebih senang dengan budaya instan dan kurang peka terhadap esensi privat. 

Reno menambahkan 54 persen pemilih Pesisir Selatan yang berada di kalangan generasi Y dan Z merupakan digital native. Sisanya merupakan digital immigran dan non digital. Dikatakan, generasi digital native adalah generasi yang tumbuh dan berkembang pada era teknologi informasi  dan menggunakan TIK tersebut.

Selanjutnya, generasi Immigrant yaitu generasi yang tumbuh dan berkembang sebelum era teknologi informasi kemudian menyesuaikan diri dengan TIK itu.

Sementara, generasi non digital adalah generasi yang tumbuh dan berkembang sebelum era teknologi informasi kemudian tidak mampu menggunakan TIK.

"Jadi, jika kita lihat dengan data yang ada, pemilu 2024 di Pessel itu adalah pemilunya anak muda,"tuturnya.