• info@pesisirselatan.go.id
  • Hours: Mon-Fri: 8am – 4pm
Bertahan di Masa Sulit

12 Desember 2022

455 kali dibaca

Bertahan di Masa Sulit

Bertahan dimasa Sulit

Oleh Wendi

Hari-hari kedepan diprediksi sebagai masa-masa sulit. Kesulitan bidang ekonomi berimbas kepada banyak sektor. 

Kesulitan itu memang dipengaruhi oleh persoalan keamanan global yang guncang akibat perang Rusia-Ukraini yang tak kunjung usai.

Rusia vs Ukraina walau hanya dua negara jauh dari Indonesia, tetapi menjadi rantai penting perdagangan dan suplai barang dan jasa dunia.

Mau tak mau berimbas kepada barang dan jasa dalam negeri baik ekspor maupun inport. 

Terganggunya ekonomi nasional maka rentetan gangguannya sampai pula ke daerah. Imbas nyatanya adalah berkurangnya pendapatan daerah, terutama DAU. Hal ini akan memperketat pengeluaran.

Lalu bagaimana cara daerah menghadapi gangguan penerimaan disatu sisi dan langkah-langkah cerdas agar masyarakat tetap bertahan.

Seperti yang disampaikan oleh Sekretaris Daerah, Mawardi Roska yang disanpaikan kepada penulis, kira-kira seperti ini.

Jiwa enterprenur kpd masy inilah jawaban semua permasalahan sosial- ekonomi yg ada. Karakter enterprenur harus dibangun dan dikembangkan dari dini sesuai dg tingkatan umur, mulai dari keluarga dan lingkungannya.

Membangun
Jiwa enterprenur memerlukan kecerdasan  dlm memilih bentuk stimulus kebijakan (perlakuan nyata) yg diberikan kepadanya. Jangan berikan perbuatan yg instan atau bantuan2 yg mengarahkanya konsuntif atau kdbijakan yg melemahkan pengorbanan (spirit of live). Artinya, perlu kecedasan kebijakan dlm mendorongnya agar jiwa enterprenur tumbuh dan berkembang secara sempurna. Berikan pancing dan jangan berikan ikan.

Pendekatan perilaku dan kehangatan (motivasi produktif) pendamping kpd sosok org yg sudah mulai berusaha produktif adalah pancing. Tapi, bila keliru dg memberikan ikan kepadanya, akan menjadi racun. 

Ini sedikit pengalaman 30-an tahun berkecimpung dalam dunia empowerman (pemberdayaan masy) serta renungan pribadi (berfilosofis) akan pengalaman tsb. 

Dalam orde baru, lebih mengutamakan kegotong-royongan dan sedikit hal2 yg bersifat instans-konsumtif. Kondisi ini banyak memunculkan kreatifitas dan  inovasi utk mengatasi persoalan yg dihadapi, sesuai dgn zamannya. Masuk ke era reformasi yg tdk jarang lebih pragmatis (sesaat dan politis sempit), menjadi kurang byk bertumbuh kreatifitas dan inovasi serta org2 enterprenur. Setahu saya, sejak era reformasi ini bila di jejerkan alsintan dari batas kota Pdg, barangkali sudah sampai ke Painan. Begitu banyaknya Alsintan. Begitu juga dg mesin tempel utk nelayan serta alat pembuat pakan ikan dan pakan ternak. Bantuan bibit dan lain sebagainya. Tapi, faktanya, masih byk sawah, lahan pekarangan dan lahan pertanian lainnya yg tidak produktif. Buktinya, sayur mayur (hortikultura), buah2an utk kebutuhan keluarga saja datangnya dari luar daerah. Setiap malam bila kita ke Padang, selalu berpapasan dg mobil pik-up yg membawah ikan Nila dari Maninjau ke Pessel. Telur datangnya dari luar Pessel. 

Kodisi alam Pessel adalah daerah produksi pertanian dalam arti luas (tanaman pangan dan peternakan) serta perikanan. Dan sebagian besar penduduknya bekerja di sektor pertanian dan perikanan/nelayan tsb. Tapi, bila tdk mampu mencukupi kebutuhan pangan sendiri saja, berarti ada produksi/penghasilan selain pertanian dan perikanan terpakai utk mencukupinya.

Bila pengeluaran lebih besar dari penghasilan atau sama saja, maka ketekoran terjadi atau nama lainnya pemiskinan. 

Pessel dua pertiga dari luas wilayahnya adalah kawasan lindung. Sebelah timur TNKS, yg menyimpan air dan memprodukasi oksigen. Ada 27 muara sungai dan bila ditelusuri ke hulunya, puluhan bahkan ratusan sungai dan anak sungai. Panjang garis 243 km. Ilmu biologi membuktikan bahwa air dan udara yg bersih adalah bahan utama utk seluruh makhluk hidup. Artinya, kita (manusia dan seluruh makhluk hidup) di Pessel tinggal di "SEBELAH PAGAR PABRIK AIR DAN OKSIGEN". 

Tapi, bagaimana tdk bisa hidup?. Tidak produktif tapi konsumtif? Tidak sehat, byk stunting?. Banyak penerima raskin, pkh dan penerima bantuan sosial lainnya?. Byk anak muda (sarjana) yg mencari cari kerja, honor dan sukarelapun jadi juga?.

Banyak hal yg perlu didiskusikan secara kritis positif, tdk pragmatis dan tran-saksional (kepentingan sesaat). Fakta empiris memberikan gambaran, bahwa masyarakat yg alamnya telah menyediakan kebutuhan yg cukup bahkan lebih,  masyarakatnya tdk produktif. Krn pada dasarnya manusia itu pemalas. Ketika alamnya menyediakan semua, kemalasan dan keserakahanlah yg membuat kerusakan alam, ketidak produktifan dan kemerosotan akhlak. Bila ini terjadi, kekufuran nikmat sudah di depan mata.

Fakta juga membuktikan, utk bisa maju, cukup 10 persen saja dari populasi, orang2 yg berjiwa enterprenur maka populasi itu akan maju.

Menarik apa yang ditulis Pak Sekda, sebagai pelaku pemberdayaan narasi kritis yang ditulis perlu dipahami sebagai dorongan dan motivasi agar potensi yang ada diberdayakan.

Orang yang punya jiwa bisnis/kewirausahaan/inovator mesti didorong untuk terus tumbuh, maju dan berkembang.

Talenta-talenta itu semestinya ada dan lekat tangannya nyata. Walau tak semua muncul ke permukaan, namun mereka hadir dan dirasakan eksistensinya.

Akhirnya kita semua berharap kesulitan-kesulitan yang dihadapi membuat kita meresponnya dengan solusi yang cerdas, kreatif dan tanpa diduga, dan itu alamiah sekali.